menikmati malam laksana kopi pekat yang sedang hangat
bercahayakan bulan bintang laksana pijar neon di atas kepala
seperti kamu sahabat
kejaran siang mampu mematahkan setiap inci harapan
hari demi hari
pedang waktu membilahkan sakit luka diri.
sahabat
malam terus memekatkan suasana
tanpa hiraukan kopi di meja aku ini
tanpa hiraukan cahaya bulan bintang di langit ini
aku semakin sulit melihat ke luar
di mana harapan itu, haruskah dikutip berkali-kali ?.
ZULKIFLI BIN MOHAMED
Binjai, Darul Iman
17 Februari 2010.
6 ulasan:
ape maksud puisi ni?
buta cket bab2 puisi ni..
Puisi yang menyentuh qalbu
selalu minum air kopi ka ?
hekhek.
thnx ya sudi singgah page cik ina ;)
salam untuk mu teman..
sekadar dipinggiran waktu, kita sememangnya sudah diujung malam..
wah...sgt best...
menarik..
kenapa pungguk rindukan rembulan?
kenapa tidak saja pada pelangi yang berbilang warna..
Catat Ulasan