OMBAK, AKU HARUS PERGI
peta perjalanan terlalu luas untuk dibaca utara dan selatannya
ragam angin bertalu-talu mematahkan harapan yang berpintalan
antara layar mimpi sang nahkoda yang diratah saban detik dalam
lambungan rusuk ganas dan kasar ombak yang dikirim tenggara angin
cukuplah, hari ini aku harus pergi - kita tetap sahabat wahai ganas ombak
liburan waktu tiada tercukupkan seluruhnya tanpa permainan yang tertulis
hadapan sana aku merindui perbaringan penuh di atas sekeping tanah berbau
mesra - dibelai hebat si tangan bayu yang terlepas antara pelangi petang dari hujung
paling jauh, langit yang dibumbungi kepala sang nahkoda yang pernah dikelirukan senja.
ZULKIFLI BIN MOHAMED
Chukai, Darul Iman
28 Oktober 2009.
6 ulasan:
merindui daratan yang mesra tika sang nakhoda kepalanya dikeliru senja
bertenanglah duhai jiwa yang dilanda ribut rasa
usah dikenang tanah yang berbau mesra
bertambah nanar di dada usia
pandanglah haluan peta dengan kompas di tangan
lautan masih perlukan kamu untuk merentasnya
mencorak segala rasa waja menentang riak air yang menggila
dahagakan nyawa
pelaut perkasa tapi jiwanya lara.
ombak....
dia sudah pergi..
salam cikgu,
Teringat hadis Nabi, kita bukan bagai ombak, kita bagai buih-buih di lautan
Salam Zul,
berhati-hati bermain ombak, tatkala kecil dibelainya pantai, bila gagah dan perkasa disergahnya bahtera , nakhoda bisa sengsara.
nice one :)
Suka bunyi ombak....
Catat Ulasan