( i )
rindu yang panjang
menyulitkan tiduran
bulan oh bulan
aku merinduinya.
( ii )
perawanku
aku sama seperti selalu
terharu sendirian
membawa harapan.
( iii )
jangan terusan menyeksa begini
janganlah sumpah diukur di bibir.
ZULKIFLI MOHAMED
Lurah Bilut, Darul Makmur
21 Januari 1998.
11 ulasan:
Di luar malam menakung dakwat
Canda alam mengawas kandung
Hingga pagi membocorkannya
Lewat sepi mergastua bercicip,
Membalut belukar dengan bintik bunyi
Atau menanda diri di tengah sunyi.
Ada beberapa bintang jauh
Menebuk kain hitam langit
Dan membersitkan kita keluar
Dari malam
Untuk nikmat cahaya.
Dan malam berlalu
Dengan longsor licinnya
Hingga tiba pada debu pagi -
Rahsia surut di kesedaran.
~ Muhammad Haji Salleh
mengunjungi mu sobat .. ini kunjungan balasan dari kunjunganmu ke hutan semarang
Usah dirayu perawan nan lara,
hanya kerna tidurmu terganggu.
Jika sumpah, noktahnya di bibir,
tinggallah jejaka tinggallah pergi.
Rindumu menyiksa bahana sumpah,
lukanya perawan dibawa ke mati!
Salam Lumut Pagi, terima kasih menyisipkan puisi Muhammad Haji Salleh ke laman ini.
Salam saudara Kurniawan Yunianto, kunjungan balas saudara aku hargainya ...
Salam Shahriza Mahmud, lama tiada berita. Hari ini hadir dengan kata-kata puitis (?) ... terima kasih berkunjungan.
Sesekali menyeberangi lautan,
sepiku kerna di perantauan.
Kini pulang jejak di daratan,
singgah berkota di laman tuan. ;)
Dari KL ke Pulau Redang.
Pulang sebentar,
terbang pula ke bumi Kenyalang.
Sibuknya bukan kepalang!
salam kunjung balas buat encik zulkifli. terima kasih sudi berkunjung ke blog saya...teruskan berpuisi :D
Salam Shahriza Mahmud, sibukmu untuk tugas tentunya. Banyak tempat disinggahi, banyaklah pengalaman untuk dirimu itu ...
Salam Cinta Cukulet, terima kasih berkunjungan balas ...
Catat Ulasan