Rabu, Jun 24, 2009

TANPA DENGAR


TANPA DENGAR


sapa ombak
"aku belai betingmu pantai, dengan putih ombakku
aku larikan cengkerang mati, bersih wajahmu dengan biru airku
aku tiada jemu bertandangan tanpa henti musim, tetap ke sini
aku tiada tercabar, arah mata angin tetap serupa bagiku".

bicara pantai
"kau selalu bohong, geloramu menyakitkan
kau melukakan, airmu tidak biru
kau tidak setia, selagi ada beting kau hadiri
kau terlalu angkuh, tanpa angin kau lesu".

ZULKIFLI BIN MOHAMED
Kemaman, Darul Iman
17 Disember 2007.

12 ulasan:

rozais al-anamy berkata...

Zek,
Saya suka sajak ini, sangat-sangat.
Bukan hanya kerana ia berkisah tentang pantai dan ombak,
ada cerita luka di baliknya.

nil berkata...

salam saudara,
Saya suka sajak ni, kalaulah saya mampu menulis seperti saudara, alangkah baiknya. Tahniah saya kagum dengan sajak2 saudara.

setiakasih berkata...

aku suka sajak ini.
andai kamu boleh ukir
coret lebih panjang lagi
aku akan lebih suka
aku akan lebih mengerti
bicara pasir
bicara air
yang mungkir

ingin ku tahu
bagaimana citra berakhir
menyalahkan takdir?

patungcendana berkata...

indah sekali...terusik aku...

entah kenapa, aku agak buntu akhir2 ni...tiada inspirasi untuk menulis puisi...

re:...puisi yang selalu dihati aku...:-)

Joojo berkata...

bagus akang....
umm puisi yang berdialog...
ia nih aku juga agak buntu akhir kahir ini..buntu dwit juga hhehehe...

dialong

puisi berdialog
dialog dialog
yang saling mengolok

buat orang melongok
dengan bualan yang sok

biarkan ia terus berbelok
dari makna yang tergolok
semakin begok
karena cerita sronok

dialog
puisi berdialog

salam hangat
-joni-
*jujur gag tau mesti nulis apa..hehehe hanya itu yang bisa dicerna oleh rana yang melanda)

_deli berkata...

Salam Sdr Zul,

mencelah mentari;
aur dan tebing, kukira bersatu sebetulnya berbalah jua,
segenap yang elok dilenyap, yang jelek ungkap disingkap,
andai tak bertemu, diingat, disebut, dirindu juga,
berpisah tak mampu, bila bersama sering keliru.


berkata bayu,
mengapa pula aku dipersalah, yang berselingkuh bukannya aku,
hadirnya aku memang lumrah, cuma upayaku merubah-ubah,
ribut, semilir, taufan, sepoi, badai, puting beliung, gelora,
memang aku yang merupa-rupa, tidak terniat meninggal nista.

berbisik rembulan.
maafkan aku Bayu,
pasang surut memang ulahku,
sejadiku begitu bukannya kemahuan,
kerana aku kau terbeban.

Penabahari berkata...

Salam sdr Zul,
Begitu romantis. Aku terpegun menatap kata-katamu.

noorlara berkata...

ombak dan pantai
bagai irama dan lagu
macam siang dan malam
macam bulan dan bintang

kan sentiasa bercanda, berbicara
hingga akhir nanti!

Haizir berkata...

Salam, sdr Zul. Membacanya. Berulang kali. :)

faziz ar berkata...

sdr zul
sekarang baru kudengar
bicara ombak dan pantai
rupanya ada pertentangan antara mereka...
halus dan menyedarkan satu hakikat..

adibah berkata...

Saya suka sajak ni. Terima kasih kerana sudi kongsi.


"aku kurang pasti
aku ini
ombak
atau
pantai...?"

setiakasih berkata...

salahkah pantai tersinggung
dek layanan canggung
ombak mengaku agung

HAK CIPTA TERPELIHARA ZULKIFLI BIN MOHAMED

Hak cipta terpelihara ke atas semua karya yang termuat di dalam laman blog ini. Semua hasil karya ditulis dan dihasilkan sendiri oleh penulis laman blog ini, Zulkifli bin Mohamed. Tidak dibenarkan mengeluar, mengambil, menciplak atau mengulang mana-mana karya yang terkandung dalam laman blog ini dalam apa juga bentuk dan cara - sama ada secara elektronik, fotokopi dan sebagainya tanpa mendapat izin bertulis daripada penulis.

PUISI PALING BANYAK BACAANNYA OLEH UMUM