digetusnya dedaun perang
pada saat ini, kelmarinnya ada getah merah
mengering di jejari halus.
biar bersungguh ia menyembunyikan
wajah hati berparut jadam, pahit segala.
sekilas kerdip cahaya songsang
tumbuh bebayang kesakitan, serba gerun
di kaca calar dan retak melintang
semakin bergelap dari cahaya
bertambah sulit nafasnya, berbaur serba
kenangan - ketika manisnya menipis pergi
terjenguk wajah-wajah sinis
tersenyum, senyum yang sinis !
dedaun perang digetusnya
satu, dua melayah tanah
yang jarang-jarang rumputnya
memecah deretan semut-semut hitam.
- janji itulah
mesra rayu itulah
kekuatan lelaki kelemahan buatnya.
dan saat matanya tiba di deretan
semut-semut hitam yang tiada sukar
melepasi daun-daun perang di hujung kakinya
sebak hati kian membesarkan kekesalan, dialah
dedaun itu - digetus dengan janji
mesra dan rayu seorang lelaki.
ZULKIFLI MOHAMED
Bangi, Darul Ehsan
24 - 26 Februari 1996.
3 ulasan:
hurmm
janji itulah...
miski ada peristiwa yang dibawa dalam puisi ini mengikut masa terlahirnya puisi ini...
menitis air mataku
satu persatu
jatuh ke pipi
memadam solek tebalku
yang sekian lama
sembunyi
kenangan pedih
lukamu
kenapa aku yang terasa siksanya?
Catat Ulasan